Kamis, 17 Februari 2011
KOTA - Kelompok LSM Pusat Demokrasi dan Kemanusiaan (LSM Pudak) mengancam akan melaporkan penyimpangan distribusi beras miskin (raskin) ke Kejaksaan Negeri Gresik. Itu dilakukan jika Bulog Sub-Divisi Regional Surabaya Utara tidak memberikan data terakit penyaluran raskin.
"Kami akan laporkan masalah ini ke kejaksaan. Sebab ada indikasi jika distrubusi raskin disimpangkan. Indikasinya, jumlah data RTSPM (rumah tangga sasaran penerima manfaat) jumlahnya berbeda, juga karung berasnya berbeda dengan ketentuan," kata Farid Abdillah, Koordinator LSM PUDAK saat mendatangi Balai Wartawan Gresik, kemarin. Farid menyebutkan, dari data yang diungkap LSM Pudak Gresik, ada perbedaan jumlah RTSPM dengan jumlah gakin. Dalam RPJMD Gresik 2011-2015 disebutkan gakin mencapai 223.551, namun RTSPM penerima raskin hanya 54.414.
“Dengan demikian aselinya raskin perkeluarga mendapat 15 kilogram, hanya mendapat 5 kilogram perkeluarga. Karena harus dibagi rata. Di situlah peluang disimpangkan,” terang Faried Abdillah, Koordinator LSM Pudak, kemarin.
Selain itu, pihaknya mengungkapkan, bila ada perbedaan kemasan raskin dari ketentuan. Dalam ketentuannya harus dikemas 15 kilogram, namun kenyataanya Bulog mengemasnya dalam 50 kilogram. Hal itu berlangsung dalam dua bulan, Januari-Pebruari. Akibatnya terjadi perbedaan biaya yang dikeluarkan.
“Bila untuk 50 kilogram dengan harga karung Rp1.500, maka 600 tonnya hanya membutuhkan 12.000 karung. Sedangakn untuk 15 kilogram membutuhkan 40.000 karung. Berarti ada penghematan Rp60 juta. Terus itu dikemanakan,” beber Farid.
Temuan lainnya, bila isi beras yang ada dalam karung berbeda dengan laporannya. Dalam laporannya atau yang tertera dalam karung tertulis 50 kilogram, nyatanya saat sampai di desa, beratnya berkurang antara 1-5 kilogram.
Kepala Sub-Divre Bulog Surabaya Utara, M Iskak menolak tuduhan tersebut. Menurutnya, pihaknya tidak tahu-menahu tentang RTSPM. Karena tugas Bulog hanya mengirim beras dari gudang sampai titik distrubisi sesuai dengan data yang diterima dari Badan Pusat Statitik (BPS).
“Jadi kalau ada perbedaan atau tidak, kami tidak tahu. Karena yang mengelola itu BPS,” tukasnya.
Terkait karung raskin yang berbeda, Iskak menyebutkan, bila hal itu disebabkan oleh stok beras di gudang. Saat itu di gudang ada 1.500 ton beras jatah raskin. Sebanyak 900 ton untuk jatah Sidoarjo dan sisanya untuk Gresik. Padahal, jatah Gresik 816.210 kilogram untuk 54.414 gakin. (a-1)